Kamis, 14 Juli 2016

Sejarah Lahirnya Tarian Pedo'a di Kabupaten Sabu Raijua

Oleh : JEFRISON HARIYANTO
       Tarian pedoa merupakan sala satu tarian tradisional yang sangat populer dikalangan masyarakat Sabu Raijua. Tarian ini menjadi tarian yang sangat digemari oleh para anak muda yang suka suasana kebersamaan dan persahabatan krn tarian pedoa memang tarian massal yang selalu di indentik dengan tarian kebersamaan dan persahabatan. Tarian ini sering dilakukan pada bulan- bulan tertentu sesuai dengan kelender adat masing-masing wilayah adat yang ada di Sabu Raijua kususnya pada bulan Bangaliwu (Bulan Maret-April kelender masehi) tarian ini pasti akan di pentaskan secara terbuka di masing-masing wilayah adat serta dengan tempat yang sudah ditentukan sejak turun temurun oleh nenek moyang orang Sabu Raijua.
Tarian pedoa sering dikatakan tarian persahabatan dan kebersamaan karena semua penarinya membentuk lingkaran dan saling berpelukan serta bernyanyi bersama pada adegan tertentu, itulah makna kebersamaan dan persahabatan yang terkandung dalam tarian tersebut. Selain itu, dalam rangkaian tarian Pedo’a juga ada yang sering disebut sebagai pemimpin tarian yang berdiri di tengah- tengah lingkaran peserta dan melantunkan syair lagu sesuai dengan tahapan-tahapan tarian dan gerakan yang ada. Pemimpin lagu atau syair itulah yang di sebut dengan MONE PED’JO, dalam melantunkan syair lagu untuk mengiringi gerakan peserta Pedo”a, Mone Ped’jolah yang akan menentukan lamanya waktu tarian Pedoa itu dilakonkan karena gerakan yang dilakukan harus sesuai dengan irama syair yang di nyanyikan oleh Mone Ped”jo.
Selain peserta, Mone Ped”jo serta syair lagu yang menjadi bagian dari kelengkapan Pedoa, para peserta juga memakai instrumen bunyi yang akan menentukan dan memperlihatkan kekompakan para peserta Pedoa, instrumen bunyi itu yang di sebut denga KEDU”E atau ketupat yang berisikan kacang hijau yang diikat di kaki para peserta Pedo’a. Ketupat itu akan mengeluarkan bunyi bilamana syair lagu dan gerakan sentakan kaki di mulai dan semua gerakan akan ditentukan oleh syir-syair yang dinyanyikan oleh Mone Ped’jo. Oleh karena itu, sebagai orang Sabu dan orang yang mencintai budaya yang ada tentu kita perlu mengetahui sejarah terciptanya Tarian Pedo”a pertama kalinya di Sabu Raijua.
Pada zaman dahulu di Pulau Sabu hiduplah seorang tokoh leluhur yang bernama DIDA MIHA di wilayah adat Liae dan Ia mempunyai 3 orang saudara yaitu IE MIHA, RIHI MIHA dan HAWU MIHA yang menurut cerita ke 4 bersudara ini termasuk pada generasi ke-43 di Sabu.
DIDA MIHA mempunyai seorang istri bernama WANYNYI DARA ,yang berasal dari keluarga besar Radja Laut Selatan di Lautan dan mempunyai kesaktian seperti cerita pada kisah pembangunan benteng Ege di Wilayah Adat Liae oleh Radja Laut selatan yang bernama LAKI LU. Sebagai bukti keskatian dari seorang WANYNYI DARA dia bisa muncul dan hadir di setiap wilayah adat yang ada di pulau Sabu dengan generasi yang berbeda.
Ketika WANYI DARA kawin dengan DIDA MIHA di wilayah adat liae dan ia Hamil . maka DIDA MIHA memutuskan untuk merantau ke Pulau DJAWA WAWA ( Pulau Raijua). Sebelum jalan ke Pulau DJAWA WAWA, DIDA MIHA berpesan pada istrinnya yang kala itu sedang hamil yaitu jika nanti anaknya lahir seorang laki-laki maka harus dibunyikan gong yang terbuat dari kuningan sebagai tanda pemberitahuan kepada DIDA MIHA di Pulau DJAWA WAWA bahwa anaknya telah lahir, akan tetapi jika anaknya lahir seorang perempuan maka DIDA MIHA berpesan agar di buang ke sungai yang ada banjir agar anak itu mati terbawa banjir. Dari perjanjian itu rupanya DIDA MIHA tidak menyukai anak perempuan.
Setelah DIDA MIHA berada di rantauan maka melahirkanlah WANYNYI DARA istrinya DIDA MIHA dan melahirkan seorang anak laki-laki. Karena kekesalan WANYI DARA yang tidak ada kabar berita ketika DIDA MIHA sudah sampai di Pulau DJAWA WAWA maka WANYI DARA tidak memukul gong seperti apa yang dijanjikan oleh suaminya ketika hendak merantau waktu itu. WANYNYI DARA melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama DARI WANYI serta untuk mengelabui suaminya maka ia mengambil keputusan agar anaknya di serahkan kepada saudara-saudaranya di lautan untuk diasuh.
Setelah beberapa tahun kemudian pulanglah DIDA MIHA dari Pulau DJAWA WAWA dan menanyakan kepada istrinya tentang anak mereka. Maka pada saat itu istrinya memberitahukan bahwa Ia telah melahirkan seorang anak perempuan dan sesuai dengan janji dari DIDA MIHA bahwa jika anak perempuan maka harus dibuang ke sungai agar anak itu mati terbawa banjir .
Akan tetapi sebagai seorang ayah , DIDA MIHA tidak langsung percaya kepada istrinya bahwa anaknya perempuan dan telah mati, maka untuk memenuhi rasa penasaranya akhirnya dia membuat keramaian berupa taji ayam dan perkelahian anjing sehingga pada saat itulah taji ayam pertama kali dilakukan di Pulau Sabu. Adapun tujuan membuat keramaian tersebut adalah untuk menggali informasi dari orang-orang yang datang mengikuti kegiatan taji ayam tentang keberadaan anaknya. Dalam kegiatan taji ayam dan perkelahian anjing tersebut turut juga hadir saudara-saudaranya WANYNYI DARA dari lautan serta hadir pula DARI WANYNYI yang notabene anak kandung dari DIDA MIHA dan WANYNYI DARA, akan tetapi antara anak dan ayah tidak saling kenal sehingga mereka melakukan pertandingan yang seru dan sangat sengit dan semua pertarungan dimenangkan oleh DARI WANYNYI, bahkan saking jengkelnya DIDA MIHA kepada DARI WANYNYI ayam batina yang sedang mengerampun di ambilnya untuk melawan DARI WANYI akan tetapi DIDA MIHA tetap saja kalah secara terus menerus, sehingga DIDA MIHA penasaran, siapa sebenarnya pemuda yang bernama DARI WANYNYI yang telah mengalahkan kesaktiannya itu.
Ketika DIDA MIHA kalah telak oleh anaknya sendiri DARI WANYNYI pada kegiatan taji ayam maka ia memutuskan mengakhiri keramaian tersebut dan tidak satupun orang yang datang memberikan informasi tentang anaknya. Datanglah saudaranya yang bernama IE MIHA untuk memberikan motivasi dan masukan kepada DIDA MIHA agar membuat keramaian berupa sebuah tarian persahabatan dalam suasana kebersamaan yang di sebut dengan TARIAN PEDO”A dan di pentaskan secara massal pada waktu itu di WADU MEA yang sekarang terletak di Desa Dainao, Kecamatan Sabu Liae , Kabupaten Sabu Raijua. Sejak saat itulah tarian PEDO’A pertama kali dilakukan di Sabu Raijua.
Pada saat tarian Pedo”a itu dilakonkan oleh banyak orang atas inisiatif dari IE MIHA maka pada saat yang bersamaan DIDA MIHA mendapat bisikan dari orang yang hadir dalam kegiatan Pedo”a itu bahwa DARI WANYNYI merupakan anak kandung dari DIDA MIHA sendiri. Mendengar informasi itu maka DIDA MIHA merasa bahagia dan seusai kegiatan Pedo”a dia melakukan jamuan makan bersama sebagai tanda ucapan syukur DIDA MIHA kepda Tuhan Yanga Maha Esa serta ucapan terima kasih kepada adiknya IE MIHA serta seluruh masyarakat yang ambil bagian dalam kegiatan Pedo”a tersebut
Ketika jamuan makan bersama itu dilakukan maka dipanggillah istrinya WANYNYI DARA oleh DIDA MIHA untuk menanyakan secara jujur bahwa apakah DARI WANYNYI benar-benar anak kandungnya DIDA MIHA. Akan tetapi karena rasa kekesalannya terhadap DIDA MIHA maka WANYNYI DARA tetap saja tidak memberitahukan bahwa DARI WANYNYI adalah anak kandung DIDA MIHA. Tidak kehabisan akal sampai di situ, maka DIDA MIHA memanggil lagi istrinya supaya duduk dan bersandar di tiang Karpus rumah adat mereka bagian buritan dan memanggil pula DARI WANYNYI untuk duduk dan bersandar di tiang karpus rumah adat mereka bagian haluan dengan jarak antara WANYNYI DARA dengan DARI WANYNYI sekitar 15 meter. karena kesaktiannya DIDA MIHA juga memanggil angin puting beliung serta badai pada saat itu dan melakukan perjanjian kepada WANYNYI DARA bahwa apabila WANYNYI DARA memerah susunya maka air susu itu akan muncrat ke mulut DARI WANYI , itu pertanda bahwa DARI WANYNYI benar-benar anak kandung dari DIDA MIHA, akan tetapi apabila DARI WANYINYI bukan anak kandungnya DIDA MIHA maka air susu WANYNYI DARA tidak akan muncrat langsung ke mulut DARI WANYNYI . dan akhirnya perjanjian dan tantangan itu dilakukan oleh DIDA MIHA , WANYNYI DARA DAN DARI WANYNYI dan hasilnya air susu WANYNYI DARA ketika di perah langsung muncrat ke dalam mulut DARI WANYNYI. Sejak itulah DIDA MIHA mengetahui secara pasti bahwa DARI WANYNYI benar-benar anak kandungnya dan WANYNYI DARA bersama-sama saudaranya dari lautan menangis dan memintah maaf kepada DIDA MIHA serta mereka semua berpelukan dan yang paling terakhir DIDA MIHA merubah nama anaknya dari nama yang sebelumnya DARI WANYNYI menjadi DODO DIDA.
Sekian dan terima kasih , semoga bermanfaat dan apabila ada yang kurang mohon dilengkapi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar